Rabu, 16 Maret 2011

Cahaya di atas cahaya

“Allah pemberi cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca dan kaca itu seakan-akan bintang yang bercahaya seperti mutiara yang dinyalakan di dalamnya dengan minyak dan pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah (barat)nya, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis). Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Allah maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nur : 35)


Di dalam ayat ini Allah membuat perumpamaan bagi cahaya-Nya yang Dia tanamkan dalam hati orang yang beriman, sebagaimana yang dikatakan oleh Ubai bin Ka’ab radhiallahu anha:
“Allah membuat perumpamaan atas cahaya-Nya yang terdapat dalam hati orang beriman, yaitu Al-Qur’an dan iman yang diberikan kepadanya sebagaimana dalam firman-Nya pada akhir ayat,
“Cahaya di atas cahaya”
Yakni cahaya iman di atas cahaya Al-Qur’an.”

Juga sebagaimana dikatakan oleh beberapa ulama salaf,
"Seorang mukmin dapat berbicara berdasarkan hikmah meskipun dia tidak pernah mendengarnya dari riwayat. Dan apabila ia pernah mendengarnya dari riwayat, maka itu ibarat cahaya di atas cahaya."



Di ketik ulang dari Terjemah Kunci Kebahagiaan, Ibnu Qayyim, bagian bahasan dari Bab II; Ilmu dan Kemauan serta Perannya dalam Mencapai Kebahagiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar